Pages

Labels

Wednesday, March 5, 2014

Benteng Oranye : Kemegahan yang Merana


Benteng Orange merupakan salah satu dari lima benteng peninggalan kolonial di Ternate. Benteng ini dibangun pada zaman perdagangan rempah di Maluku sangat pesat. Berdasarkan papan sejarah yang terpampang di benteng Oranye, benteng ini dibangun pada tahun 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge (Belanda) dan diberi nama oleh Francois Witlentt path tahun 1609. Benteng oranye ini semula berasal dari bekas sebuah benteng tua yang dibangun oleh Bangsa Portugis dan dihuni oleh orang Melayu sehingga diberi nama benteng Melayu. Dalam benteng ini pernah menjadi pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda (Gubernur Jenderal) VOC Pieter Both, Herarld Reyist, Laurenz Reaal dan J.C Coum. Letak benteng ini berada di pusat kota dengan kondisi fisik masih utuh, namun kondisinya kurang terawat dan di dalam benteng ini sekarang ditempati oleh kesatuan POLRI dan Angkatan Darat.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa VOC yang datang membantu Sultan Ternate mengusir Spanyol, diberi izin untuk membangun sebuah benteng pertahanan VOC. VOC pun diberi izin monopoli perdagangan rempah di Ternate atas jasa tersebut. Sistem perlindungan dan pertahanan benteng ini terlihat kala pasukan Spanyol menyerang bangunan yang kini telah berusia lebih dari 400 tahun lalu tersebut di tahun 1606. Didukung oleh struktur bangunan dan lorong-lorong yang dimilikinya, tentara Belanda dan warga Ternate yang diperbantukan mampu mengusir tentara Spanyol yang datang menyelinap dari benteng Kastela sedari malam harinya. Benteng Orange juga sempat jadi kawasan pengasingan Sultan Palembang di tahun 1822 sebelum Sultan yang bernama Mahmud Badarudin II tersebut meninggal di bumi Ternate pada tahun 1852.

Kemampuannya menghadang musuh yang datang lewat perairan dan daratan Ternate bisa di saksikan lewat keberadaan 13 meriam yang masih tersisa disana. Salah satunya ada di sisi barat daya bangunan, dimana terdapat pos pengintaian dan penjagaan seperti yang nampak di beberapa sudut lainnnya. Bangunan yang dibangun dengan kombinasi batu karang, batu kali dan pecahan kaca ini merupakan benteng yang disegani pada jamannya dan hingga kini pun sisa-sisa kemegahan itu masih nampak. Banyak bagian dari benteng yang tersisa saat ini berada pada kondisi yang jauh dari pemeliharaan, seperti msalnya kompartment bangunan bagian dalam yang terdiri atas ruangan memanjang, yang saat ini hanya digunakan sebagai tempat menyimpan barang bekas.

Pintu masuk kedalam kawasan benteng pun tidak begitu menonjol, karena tertutup oleh banyaknya para pedagang kaki lima di depan benteng yang menjajakan pelbagai makanan ringan. Sebagai sebuah kawasan destinasi wisata, tempat ini agak jauh dari kata nyaman, namun nilai sejarah yang terkandung di dalamnya, sangat layak dijadikan sebagai sebuah destinasi wisata pendidikan dan sejarah di Kota Ternate.







Moekti Ariebowo
Tenaga Ahli Sumber Daya Alam 

No comments:

Post a Comment