Pages

Labels

Wednesday, May 7, 2014

MWA MCA-Indonesia Hadiri Nutrition Summit di Kantor MCC Amerika Serikat




Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas selaku Alternate Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) MCA-Indonesia, Nina Sardjunani menghadiri Nutrition Summit di Kantor MCC, Washington DC Amerika Serikat. Pertemuan ini dihadiri para petinggi MCC Amerika Serikat, MCC Indonesia, Tim Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Anak Pendek (PKGBM) MCA-Indonesia, Bappenas dan PNPM Support Facility (PSF) berlangsung dari tanggal 7-12 April 2014. Tujuan penyelenggaraan Nutrition Summit untuk membahas desain dan rencana PKGBM yang dibiayai oleh Program Compact. Dalam pelaksanaannya, pertemuan ini dibagi dalam 2 tahapan yaitu Working Session dan Senior Management Meeting. Nina yang menjadi Ketua Technical Working Group PKGBM bertindak sebagai pimpinan Tim Indonesia pada pertemuan tersebut. 

Dalam Working Session kali ini, disampaikan beberapa hal pokok hasil Working Session yang telah dilakukan sebelumnya, seperti kesepakatan tentang perubahan desain implementasi pelaksanaan pelatihan yang dulunya dilakukan melalui pihak ketiga, kini melalui mekanisme cascading atau bertingkat, dimana pelaksanaannya melalui kerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan. Kesepakatan juga terjadi pada penyediaan Anthropometry Kits (Alat Ukur Badan) untuk Puskesmas yang terdiri dari Timbangan, Alat Ukur Tinggi Badan, Alat Ukur Panjang Badan dan Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk Anak dan Ibu Hamil. Untuk Gizi Mikro bagi Ibu Hamil, MCC dan MCA-Indonesia sepakat untuk menyediakan gizi mikro bagi untuk Ibu hamil berupa tablet tambah darah 450mg. Hal baru yang disepakati adalah penyediaan gizi mikro bukan hanya pada kehamilan, tetapi akan dilanjutkan pada masa nifas. Sedangkan untuk gizi mikro bagi anak, MCA-Indonesia mengusulkan perubahan dalam dosis dari 120 menjadi 90 sachet pertahun, berdasarkan hasil kajian dari Home Fortification Technical Advisory Groups (HFTAG). Selain itu MCA Indonesia juga mengusulkan perubahan durasi pemberiannya, dari 2 tahun menjadi 3 tahun. Atas usulan ini, MCC masih akan melakukan kajian dan menunggu hasil market research yang sedang dilakukan. Satu hal yang disepakati untuk kepentingan pengadaan bahwa gizi mikro akan disediakan untuk 2 tahun terlebih dahulu dengan dibukanya opsi atau kemungkinan perpanjangan selama 1 tahun. Dalam bidang sanitasi, MCC dan MCA-Indonesia telah sepakat untuk tahapan yang akan dilakukan. Hal yang belum disetujui adalah mengenai mekanisme pembiayaan. 

Alternate Ketua MWA dan Tim PKGBM juga berkesempatan berdialog dengan Tim Proyek Kesehatan Mongolia dan George Washington University (GWU). Tim Proyek Kesehatan Mongolia mempunyai pengalaman melaksanakan Proyek Kesehatan yang didanai MCC. Dalam diskusi ini, dijelaskan Proyek Kesehatan di Mongolia terfokus pada pencegahan penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, kanker dan stroke. MCA-Mongolia melibatkan pihak swasta dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat sejak awal. Sementara itu, GWU menyampaikan beberapa bentuk kerjasama dengan pihak swasta yang mungkin bisa dilakukan dengan pihak swasta di Indonesia, seperti fortifikasi makanan, produksi makanan tambahan dan lainnya. Nina menyampaikan fortifikasi makanan di Indonesia sudah sejak lama dilakukan, mulai dari fortifikasi vitamin A pada minyak goreng, fortifikasi tepung dan lainnya. “Sekarang yang sedang dicoba lakukan adalah fortifikasi beras untuk orang miskin” ujar Nina. Pada kasus fortifikasi ini, peluang swasta untuk terlibat sangat besar. Oleh karena itu, keterlibatan pihak swasta dalam PKGBM melalui fortifikasi makanan sagat besar kemungkinannya untuk dilakukan. 

Lawatan ke Amerika ini tidak dilewatkan Tim Indonesia untuk berdiskusi mengenai program kerja terkait dengan gizi dan kesehatan ibu dan anak dengan Interstate Department. Pertemuan ini diikuti oleh United States Department for Agriculture (USDA), Nutrition Division dari White House, USAID, Kementerian Kesehatan Amerika Serikat dan beberapa lembaga donor lain yang berbasis di Washington DC.

Dalam Senior Management Meeting, Nina menyampaikan komitmen Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki status gizi masyarakat, terutama dalam mengatasi stunting pada anak. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No. 43 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. PKGBM yang didanai oleh Program Compact merupakan salah satu kendaraan dari Gerakan Nasional tersebut. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung pelaksanaan proyek ini dengan baik. PKGBM akan dijadikan model dalam perbaikan status gizi di Indonesia. Jika proyek ini berhasil, Pemerintah Indonesia akan mereplikasi desain dan menerapkannya pada 23 provinsi lainnya dengan menggunakan dana APBN. Dalam posisinya sebagai Lead Group dalam Global Scalling Up Nutrition Movement, Nina mengatakan jika proyek ini berhasil, ke depan akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi negara lain dalam upaya perbaikan status gizi masyarakat. 

Vice President MCC, Kamran Kahn menyampaikan penghargaannya atas komitmen MCA-Indonesia yang kuat dalam pelaksanaan PKBGM. MCC yakin dengan keterlibatan pemerintah, proyek ini akan berjalan baik dan berkelanjutan. Khan mengatakan pentingnya pelibatan pihak swasta dalam pelaksanaan proyek untuk menjamin keberlanjutan kegiatan setelah proyek berakhir. (LM)


 

**Diambil dari Laporan Iing Mursalin, Spesialis Manajemen Proyek Kesehatan MCA Indonesia

No comments:

Post a Comment