Pages

Labels

Thursday, May 28, 2015

Proyek Kesehatan Mantapkan Kembali Indikator Monev


Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) merupakan proyek yang diinisiasi bersama dengan pihak World Bank (PNPM Support Facility), Kementerian Kesehatan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan beberapa pihak terkait lainnya. Bertempat di Gedung Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan lantai 7 (12/5/2015) rapat pemantapan indicator monitoring dan evaluasi (Monev) PKGBM di pimpin oleh Direktur Bina Gizi Dodi Izwardi.


Dalam pembukaannya, Dodi menyinggung bahwa model pengelolaan hibah dalam PKGBM ini akan menjadi contoh pengelolaan proyek secara nasional, meskipun KPA ada di Bappenas dan dalam waktu dekat akan mendapatkan fatwa dari Kementerian Keuangan. Pendekatan yang dilakukan dalam program untuk mencegah anak pendek adalah sudah tepat, karena dua hal penting yang mempengaruhi anak pendek adalah gizi dan sanitasi. “perlu satu abad untuk benar-benar memperbaiki kualitas anak pendek” ungkap Dodi mensitir sebuah riset gizi yang pernah dilakukan. Direktur PKGBM Minarto membuka presentasi pemantapan indakator monev untuk PKGBM ini dengan sebuah logframe kesehatan mulai dari jenis kegiatan hingga menuju tujuan dan sasaran program. Dalam penyusunan logframe, maka perlu di tetapkan Indikator-indikator Penentu Obyektif  yang dapat diukur pada tingkat Sasaran (Goal) kemudian Tujuan (Purpose) , kemudian Keluaran (Output), kemudian Kegiatan-Kegiatan (Activities).

Pihak MCA-Indonesia mengemukakan rencana monev yang akan dilakukan untuk setiap sub project PKGBM, mulai dari Community project activity, Supply Side Activity, dan Communication Activity terhadap parameter indicator, disagregasi data, dan sumber data. Hal yang tidak kalah penting adalah mengenai penilaian kualitas data meliputi validitas, integritas data, ketepatan, reliabilitas data dan skala waktu. Masing masing indikator yang dikembangkan akan mengacu pada beberapa hal tersebut. Pihak National Secretary Team (NST) juga menyajikan beberapa rencana monev yang akan dilakukan. Beberapa contoh data aktualmengenai cara analisis, mendapatkan data serta melakukan verifikasi di ujicobakan dalam rapat tersebut. Data yang diperoleh dari lapangan dapat sangat bervariasi dan banyak sehingga dalam analisis dan tampilan perlu dikonsolidasi menjadi data yang lebih sesuai dengan indikator dalam RPJMN atau Renstra yang lebih sederhan dan menarik. Pihak NST juga menyarankan perlunya ada monitoring rutin dan studi kualitatif kenapa dan bagaimana terhadap data kuantitatif dengan instrumen yang sederhanda dan terstruktur.

Masukan yang muncul dari peserta forum sangat beragam. Pihak PSF mengingatkan agar saat menjadi sebuah indikator yang siap, harus disepakati oleh joint management sesuai dengan MoU Grant Agreement. Pihak Pusdatin Kemenkes juga menyarankan untuk menjadikan factor kepala desa sebagai salah satu indicator keberhasilan mengingat banyak daerah yang memiliki pemimpin yang peduli sehingga program dapat berjalan dengan baik. Beberapa permasalahan dalam penyediaan data di lapangan juga ternyata banyak menemukan permaslahan karena kualitas data yang dihadirkan oleh para volunteer di daerah menjadi sangat terbatas. Disisi lain, pihak kemenkes, menilai indikator yang akan di kelola ini akan sangat banyak dan pihaknya akan kewalahan dalam menganalisis setiap indikator dan memastikan indicator yang tepat. “Monev ini urusan yang serius, sehingga saya meminta kepada Pak Min (Minarto, direktur PKGBM MCA-I) untuk menyediakan Konsultan monev untuk saya” ungkap Dodi serius menanggapi rencana indicator yang telah disampaikan. Rapat ini akan dilanjutkan dengan workshop khusus guna mengejar rencana implementasi program komunikasi di bulan Juli 2015 (MA). 

No comments:

Post a Comment