MCA-Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut memberi pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) pada Bidan Desa di Kabupaten Garut. Pelatihan tersebut berlangsung tanggal 8 – 10 September 2014 dan berpusat di 5 tempat, yaitu Hotel Fave, Puskesmas Garawangsa, Puskesmas Leuwigoong, Puskesmas Cilimus dan Puskesmas Bayongbong. Bidan Desa yang mendapat pelatihan sebanyak 81 orang, berasal dari 13 Puskesmas pada 10 kecamatan di Kabupaten Garut. Pelatihan PNBA ini merupakan bagian program kerja Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Anak Pendek. Tujuannya tak lain untuk membekali kader atau petugas kesehatan di tingkat desa dengan pengetahuan, keterampilan dan alat untuk mendukung ibu, ayah dan pengasuh dalam meningkatkan praktik pemberian makan kepada bayi dan anak secara optimal. Pelatihan ini difokuskan pada pemantauan pertumbuhan bayi dan anak, pemberian Air Susu Ibu (ASI), pemberian makanan pendamping ASI, pemberian makanan bagi bayi dan anak yang sakit dan kurang gizi, pemulihan gizi berbasis masyarakat dan PMBA dalam keadaan darurat.
Selama sesi pelatihan, peserta diajarkan cara memberikan konseling yang baik. Cara berkomunikasi yang tepat dengan ibu dan menekankan peran ayah, dinilai akan sangat efektif dalam memberikan pengetahuan dan edukasi tentang pemeliharaan anak yang pada akhirnya dapat menekan angka kematian bayi dan anak pendek (stunting). Peserta juga dibekali dengan pengetahuan seputar menyusui, kendala yang dihadapi ibu dan penanggulangannya hingga pada praktik keterampilan cara menyusui yang tepat. “Proses menyusui yang baik merupakan faktor penunjang keberhasilan ibu saat menyusui” kata Titin Hartini, Kasubdit Bina Gizi Konsumsi Makanan, Kementerian Kesehatan. Selama ini, banyak alasan dan kendala yang dihadapi ibu yang memiliki bayi sehingga menolak untuk memberikan ASI, seperti puting lecet dan payudara bengkak. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan asupan ASI yang maksimal, terutama pada 6 bulan pertama.
Proses pelatihan dibuat sangat variatif dan menyenangkan. Bidan Desa dibagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok dibimbing oleh dua orang fasilitator dan satu orang Master of Trainer (MOT). Fasilitator dan MOT didatangkan dari berbagai daerah di Indonesia seperti Yogyakarta, Klaten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Jakarta. Kabupaten Garut sendiri hingga kini belum memiliki MOT.
Peserta dibekali dengan komponen pelatihan yang disediakan oleh MCA-Indonesia. Konseling kit tersebut berupa modul dan alat peraga, ditunjang dengan peralatan lainnya seperti timbangan bayi, materi pembuat boneka dan payudara, peralatan membuat makanan hingga proses membuat makanan yang tepat. Komponen pelatihan tersebut dikhususkan untuk mempersiapkan kader dan petugas kesehatan di tingkat desa dengan pengetahuan teknis tentang praktik pemberian makanan yang direkomendasikan untuk ibu hamil dan anak usia 0-24 bulan, meningkatkan keterampilan konseling, pemecahan masalah dan negosiasi untuk mencapai kesepakatan dan mempersiapkan mereka untuk memanfaatkan alat bantu dan alat konseling secara efektif.
Kegiatan ini dalam rangka mendukung program pemerintah sedang giat-giatnya menggalakkan Gerakan Nasional 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). ”Bidan Desa dapat menjadi duta pemerintah dalam mentransfer pengetahuannya kepada masyarakat” tambah Titin. Dari sisi pemerintah, Titin menilai kegiatan ini dapat menurunkan angka stunting pada balita dan meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Jika dikaitkan dengan penurunan angka kemiskinan, Bidan Desa juga merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam memberikan sosialisasi pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman pangan sehari-hari. Melalui sosialiasasi itu juga, Bidan Desa dapat memberikan pengetahuan pada suami/ayah untuk lebih mementingkan kebutuhan anak daripada kebiasaan merokok dan minum kopi yang lazim dilakukan. (LM/MA)
No comments:
Post a Comment