Proyek Kesehatan dan Gizi
Berbasis Masyarakat (PKGBM) merupakan proyek yang diinisiasi bersama dengan
pihak World Bank (PNPM Support Facility),
Kementerian Kesehatan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dan beberapa pihak terkait lainnya. Bertempat di Gedung Direktorat
Bina Gizi Kementerian Kesehatan lantai 7 (12/5/2015) rapat pemantapan indicator
monitoring dan evaluasi (Monev) PKGBM di pimpin oleh Direktur Bina Gizi Dodi
Izwardi.
Dalam pembukaannya, Dodi
menyinggung bahwa model pengelolaan hibah dalam PKGBM ini akan menjadi contoh
pengelolaan proyek secara nasional, meskipun KPA ada di Bappenas dan dalam
waktu dekat akan mendapatkan fatwa dari Kementerian Keuangan. Pendekatan yang
dilakukan dalam program untuk mencegah anak pendek adalah sudah tepat, karena
dua hal penting yang mempengaruhi anak pendek adalah gizi dan sanitasi. “perlu
satu abad untuk benar-benar memperbaiki kualitas anak pendek” ungkap Dodi
mensitir sebuah riset gizi yang pernah dilakukan. Direktur PKGBM Minarto
membuka presentasi pemantapan indakator monev untuk PKGBM ini dengan sebuah
logframe kesehatan mulai dari jenis kegiatan hingga menuju tujuan dan sasaran program. Dalam penyusunan
logframe, maka perlu di tetapkan Indikator-indikator
Penentu Obyektif yang dapat diukur pada tingkat Sasaran (Goal) kemudian Tujuan (Purpose) , kemudian Keluaran (Output), kemudian Kegiatan-Kegiatan (Activities).
Pihak MCA-Indonesia
mengemukakan rencana monev yang akan dilakukan untuk setiap sub project PKGBM,
mulai dari Community project activity,
Supply Side Activity, dan Communication Activity terhadap
parameter indicator, disagregasi data, dan sumber data. Hal yang tidak kalah
penting adalah mengenai penilaian kualitas data meliputi validitas, integritas
data, ketepatan, reliabilitas data dan skala waktu. Masing masing indikator
yang dikembangkan akan mengacu pada beberapa hal tersebut. Pihak National
Secretary Team (NST) juga menyajikan beberapa rencana monev yang akan
dilakukan. Beberapa contoh data aktualmengenai cara analisis, mendapatkan data
serta melakukan verifikasi di ujicobakan dalam rapat tersebut. Data yang
diperoleh dari lapangan dapat sangat bervariasi dan banyak sehingga dalam
analisis dan tampilan perlu dikonsolidasi menjadi data yang lebih sesuai dengan
indikator dalam RPJMN atau Renstra yang lebih sederhan dan menarik. Pihak NST
juga menyarankan perlunya ada monitoring rutin dan studi kualitatif kenapa dan
bagaimana terhadap data kuantitatif dengan instrumen yang sederhanda dan
terstruktur.
Masukan
yang muncul dari peserta forum sangat beragam. Pihak PSF mengingatkan agar saat
menjadi sebuah indikator yang siap, harus disepakati oleh joint management
sesuai dengan MoU Grant Agreement. Pihak Pusdatin Kemenkes juga menyarankan
untuk menjadikan factor kepala desa sebagai salah satu indicator keberhasilan
mengingat banyak daerah yang memiliki pemimpin yang peduli sehingga program
dapat berjalan dengan baik. Beberapa permasalahan dalam penyediaan data di
lapangan juga ternyata banyak menemukan permaslahan karena kualitas data yang
dihadirkan oleh para volunteer di daerah menjadi sangat terbatas. Disisi lain,
pihak kemenkes, menilai indikator yang akan di kelola ini akan sangat banyak
dan pihaknya akan kewalahan dalam menganalisis setiap indikator dan memastikan
indicator yang tepat. “Monev ini urusan yang serius, sehingga saya meminta
kepada Pak Min (Minarto, direktur PKGBM MCA-I) untuk menyediakan Konsultan
monev untuk saya” ungkap Dodi serius menanggapi rencana indicator yang telah
disampaikan. Rapat ini akan dilanjutkan dengan workshop khusus guna mengejar
rencana implementasi program komunikasi di bulan Juli 2015 (MA).
No comments:
Post a Comment