Satuan Kerja (Satker) Pengelola Hibah MCC kini sedang disibukkan dengan penyusunan skenario investasi Proyek Kemakmuran Hijau (Green Prosperity Project/GP) khususnya pada bidang energi terbarukan (renewable energy) dan pengelolaan sumber daya alam (natural resources management)/SDA. Setelah berkutat dengan berbagai data sekunder, puncaknya seluruh staf Satker Pengelola Hibah MCC melakukan finalisasi akhir secara serempak di Hotel Sofyan Jakarta. Konsinyering yang dimulai tanggal 15-18 Juli 2014, membuahkan suatu bentuk kajian investasi yang sangat berguna bagi pengembangan bidang energi terbarukan dan pengelolaan sumber daya alam serta pemberdayaan potensi wilayah Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi yang menjadi percontohan skema Proyek GP dalam kajian ini.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Pengelola Hibah MCC Hari Kristijo mengatakan bahwa kajian yang sedang dilakukan ini bertujuan untuk membuat sebuah best practice dalam pengelolaan sumber daya alam dan pemanfaatan energi terbarukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Kerinci. Sebagai inisiator kegiatan, Hari berharap hasil dari kajian tersebut dapat menjadi bench mark dalam penyiapan dokumen untuk membangun infrastruktur dasar daerah di bidang energi terbarukan dan pengelolaan sumber daya alam.
Kajian ini akan menjadi dokumen yang berguna bagi implementasi Program Kemakmuran Hijau dalam perannya sebagai pembanding untuk lebih mematangkan konsep yang tengah digodok MCA-Indonesia. Kajian ini juga dapat menjadi referensi tambahan bagi MCA-Indonesia dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam menyusun usulan sebuah proyek. “Kajian ini dibuat secara komprehensif, semata untuk mendukung Proyek Kemakmuran Hijau, tidak ada maksud tertentu dan kami no interest” tegas Hari. Kajian ini akan mencakup data potensi wilayah untuk energi terbarukan dan sumber daya alam, tata ruang wilayah, data sosial ekonomi penduduk, peta sebaran daerah target intervensi berdasarkan beberapa kriteria pembobotan serta capaian akhir program untuk dapat mengurangi kemiskinan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dilihat dari sisi pemenuhan Economic Rate of Return (ERR).
Pengerjaan dokumen ini sepenuhnya dilakukan oleh Staf Pengelola Hibah MCC. Data yang diperoleh diambil dari berbagai sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Susenas, ESDM, proposal kajian yang ada di lembaga terkait serta jurnal ilmiah yang ada di perpustakaan digital beberapa universitas. “Kegiatan ini melatih staf untuk mampu membuat sebuah review untuk memenuhi kebutuhan investasi suatu daerah dan menjadi lesson learned dalam menguji kemampuannya” ujar Hari. Dalam dokumen ini akan terlihat hasil penghitungan Economic Rate of Return (ERR) dan Internal Rate of Return (IRR) dari suatu kegiatan investasi di bidang energi terbarukan, pengelolaan sumber daya alam serta perpaduan diantaranya.
Hasil dari kajian ini rencananya akan dipresentasikan untuk di-review bersama para pemangku kepentingan di Kabupaten Kerinci dan Propinsi Jambi guna mendapatkan masukan dalam penyempurnaannya. Harapannya, kajian ini dapat membantu Pemerintah Kabupaten Kerinci dan pihak lain yang ingin melakukan investasi, baik dalam skema Proyek Kemakmuran Hijau maupun mandiri, dalam membangun suatu sistem investasi di bidang energi terbarukan dan pengelolaan sumber daya alam merujuk pada sistematika yang dikembangkan Bappenas. Selanjutnya, hasil akhir kajian ini juga akan disampaikan kepada Majelis Wali Amanat MCA-Indonesia, Unit Pelaksana Program, Bappenas, Pemerintah Kabupaten Kerinci, Pemerintah Propinsi Jambi dan para pemangku kepentingan terkait. “Ini juga dapat menjadi lesson learned untuk proyek Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)” kata Hari.
Ke depan, Satker Pengelola Hibah MCC berharap akan dapat mereplikasi kegiatan ini untuk daerah lain dengan ataupun tanpa anggaran dari hibah luar negeri. Khusus untuk dua proyek lainnya dalam Program Compact, yaitu Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Anak Pendek dan Proyek Modernisasi Pengadaan, Hari masih menimbang untuk membuat kajian serupa. “Sebenarnya kita mampu melakukan itu, tapi kita masih kekurangan tenaga ahli pada dua bidang tersebut” ujar Hari menutup perbincangan. (LM/MA)