Walaupun masa kerja Program Compact di Indonesia tersisa 3,5 tahun lagi, Vice President (VP) of Department of Compact Operation MCC, Kamran A. Khan mengaku sangat optimis dengan keberhasilannya, terutama untuk Proyek Kemakmuran Hijau. Hal ini dinyatakannya ketika ditemui pada Acara Peluncuran Fasilitas Kemakmuran Hijau di Hotel Shangri La Jakarta, Kamis (03/07/2014). Menurut Khan, walaupun saat ini baru satu jendela dari tiga Fasilitas Kemakmuran Hijau yang diluncurkan, tapi tim terus bekerja keras untuk segera merampungkan selebihnya. “Kami akan meluncurkan selebihnya dalam beberapa bulan ke depan di tahun ini” kata Khan. Fasilitas Kemakmuran Hijau yang didanai melalui Hibah MCC menyalurkan dana melalui tiga skema pendanaan, yaitu Hibah Kemitraan (Partnership Grant), Hibah Energi Terbarukan (Renewable Energy Grant) dan Hibah Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (Community-Based Natural Resources Management).
Dengan diluncurkannya Fasilitas Kemkamuran Hijau ini, Proyek Kemakmuran Hijau segera akan merealisasi semua program yang telah lama direncanakan. Sang VP mempunyai ekspektasi tersendiri dalam kesuksesan pelaksanaan Fasilitas Kemakmuran Hijau ini. “Kami mengharapkan proposal segera datang, poroposal dengan kulitas yang bagus, proposal yang datang dari sponsor yang tau pasti apa yang mereka akan lakukan” ujar Khan. Setelah itu, langkah yang akan diambil selanjutnya adalah bagaimana proyek ini dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara nyata. Khan mengharapkan proyek ini dapat berjalan seperti harapan banyak orang. “Anda dapat melihat dalam tayangan video tadi, masyarakat mengatakan hal ini akan menolong hidup saya. Itu ekspektasi saya dan harapan banyak orang” jelas Khan.
Dengan waktu yang tersisa, setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Proyek Kemakmuran Hijau. Selain Fasilitas Kemakmuran Hijau, Proyek Kemakmuran Hijau mempunyai tiga kegiatan besar yang harus selesai hingga tahun 2018, yakni Perencanaan Tata Guna Lahan Partisipatif (Participatory Land Used Planning), Bantuan Teknis dan Supervisi (Technical Assistance and Oversight) dan Pengetahuan Hijau (Green Knowledge). Kekhawatiran tentang kegagalan proyek ditepis Khan dengan tetap menunjukkan sikap optimisnya. “Saya tidak akan menunggu 3,5 tahun untuk mengetahui bahwa proyek ini gagal. Tugas saya adalah untuk membuat proyek ini berjalan dan memperbaikinya” ujarnya. Kekhawatiran akan tidak terbukanya jendela Fasilitas Kemakmuran Hijau yang lain ditepis Khan dengan meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terjadi selama beliau mengawal proyek ini. Kegagalan hanya bisa terjadi apabila masyarakat enggan mengirimkan proposal atau proposal yang diharapkan datang tidak sesuai dengan kriteria. “Tapi hal ini rasanya tidak mungkin terjadi karena banyak orang yang telah lama menunggu jendela ini terbuka” kata Khan.
Ditanya tentang komponen proyek yang lain dalam Proyek Kemakmuran Hijau, Khan mengungkapkan pentingnya menyelesaikan semuanya, tetapi yang menjadi fokus pekerjaan kini adalah Fasilitas Kemakmuran Hijau yang membuka jendela dan memulai usaha yang banyak menyita waktu. Fasilitas Kemakmuran Hijau dianggap lebih rumit karena menyangkut kerangka waktu yang membutuhkan studi kelayakan dan proposal yang bagus untuk mengajukan pembangunan suatu proyek. Fasilitas Kemakmuran Hijau dianggap akan lebih memberikan hasil nyata yang dapat berguna dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat. “Saya tidak menjanjikan bahwa semua komponen dapat selesai dalam enam bulan ke depan, tapi kami terus mengusahakannya” ujar Khan menutup perbincangan. (LM/MA)
No comments:
Post a Comment