Proyek Kemakmuran Hijau (Green Prosperity Project) sebagai investasi terbesar dalam pengembangan Program Compact di Indonesia, memerlukan suatu usaha penyelarasan agar program tetap pada tujuan besar. Maka perlu segera disusun sebuah rencana aksi pendukung. Pengetahuan Hijau (Green Knowledge) merupakan salah satu dari 4 aktivitas Proyek Kemakmuran Hijau. Pengetahuan Hijau adalah sebuah investasi yang ditanamkan dalam peningkatan kapasitas dan penerapan ilmu pengetahuan atau “Pengetahuan Hijau” yang ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan manfaat proyek dalam jangka panjang. Pemangku kepentingan, terutama sponsor proyek diharapkan mengikutsertakan institusi dan pihak lain seperti pemerintah daerah, lembaga keuangan, perusahaan swasta yang bergerak dalam sektor energi terbarukan, pertanian, kehutanan dan air, organisasi non-pemerintah baik lokal maupun internasional, termasuk organisasi yang mewakili kelompok-kelompok perempuan dan kelompok-kelompok rentan serta petani kecil.
Untuk itu, MCA-Indonesia menghelat sebuah acara Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion/FGD) dengan tema “Getting local Voice and Securing Local Knowledge”, Jumat (17/10/2014), di Aula Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang. Diskusi kelompok fokus dibuka oleh Rektor Universitas Nusa Cendana Fredrik L. Benu, didampingi Sekretaris LPM Chris M. Pellokila dan Associate Director Green Knowledge, MCA-Indonesia Poppy Ismalina. Acara ini bertujuan untuk mendapatkan masukan dari para pemangku kepentingan di bidang lingkungan dan energi terbarukan sebagai pengaya dalam konsep Green Knowledge. Dalam kesempatan ini juga, MCA-Indonesia diperkenalkan sebagai Unit Pelaksana Program dalam pengelolaan dana hibah Compact dan memperkenalkan pola kerja hibah itu sendiri.
Undana menyambut baik rencana kerjasama program Hibah MCC dengan akademisi dan pegiat di bidang lingkungan dan energi terbarukan. Rektor Undana mengingatkan tentang keseimbangan pembangunan ekonomi dan ketersediaan sumber daya alam. “Kekuatan Indonesia ada pada sisi demand yang tinggi dan terus bergeliatnya ekonomi untuk memenuhi permintaan tersebut” ungkap Fredrik menegaskan pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan di Indonesia. Fredrik juga mengutip sebuah teori Development Enough yang mengkritisi pola pertumbuhan yang sudah harus berubah arah, karena semua negara akan tetap menggunakan sumber daya yang sama di dunia ini. “Harapannya, kegiatan FGD ini akan menghasilkan sebuah kerjasama dan pendanaan yang berkelanjutan untuk pengembangan dan kemajuan masyarakat Nusa Tenggara Timur” ujar Fredrik.
Diskusi Kelompok Fokus ini juga diharapkan dapat mengidentifikasi apa saja yang telah dilakukan lembaga riset, universitas, pegiat lingkungan dan lembaga lain di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai catatan bagi kearifan lokal yang tidak dapat diabaikan. Hasil capaian dari kajian yang telah dilakukan diharapkan dapat direplikasi dan disosialisasikan di tempat lain. “Local knowledge yang ada di masyarakat dan terdokumentasi oleh para pegiat di NTT, dapat mendukung pengembangan konsep Green Knowledge yang sedang disusun MCA-Indonesia” kata Poppy. Fokus kegiatan Green Knowledge lebih pada mengumpulkan pengetahuan (collect), mengelola pengetahuan tersebut (manage) serta bagaimana menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan (utilize).
MCA-Indonesia mengundang seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam Program Kemakmuran Hijau dengan memasukkan proposal untuk tiga tema kegiatan hibah MCC serta hibah untuk kegiatan Green Knowledge. Green Knowledge sendiri akan memfokuskan pada pengelolaan sumber daya alam, energi terbarukan dan pertanian berkelanjutan. Tata cara dan pengumuman resmi untuk semua jendela hibah akan diinformasikan melalui surat kabar dan situs resmi MCA-Indonesia, www.mca-indonesia.go.id. (MA/LM)
No comments:
Post a Comment